Eren Yeager: Hamba Yang Patuh, Hamba Yang Membangkang

Rafly Muhammad
5 min readJan 22, 2024

--

“All of us had to spent our lives on something. Else we’d have no cause to keep pushing on. Everyone was a slave to something.”

Kenny Ackerman

Secara sadar ataupun tidak, manusia selalu mencari sesuatu atau sesosok majikan untuk dijadikan tujuan dalam hidupnya. Tuhan, Wanita, Keluarga, Barang mewah, Mimpi, Kekuatan, Kebahagiaan, dan lain sebagainya. Apapun majikannya, siapapun majikannya semua itu demi satu tujuan yang sama yaitu agar manusia mampu bertahan untuk menjalani hidup di dunia yang keras nan absurd ini. Tidak terkecuali bagi Eren Yeager yang memilih untuk menghambakan dirinya kepada Kebebasan

Penghambaan Eren kepada Kebebasan ini dimulai ketika dirinya membaca suatu buku yang memperlihatkan tentang dunia di luar tembok yang ternyata sangat luas, unik, dan beragam. ada tempat yang memiliki jumlah air tidak terhingga, ada tempat yang dipenuhi bukit-bukit pasir, dan ada pula tempat yang sepenuhnya terbuat dari es. Sangat berbeda jauh dari tempat dimana ia tinggal.

Sejak saat itulah, baik secara sadar atau tidak, segala perbuatan dan tingkah laku Eren selalu didasarkan demi menggapai Kebebasan. Salah satu bentuk kepatuhan yang ia lakukan tanpa sadar adalah keinginannya untuk membasmi seluruh Titan yang muncul ketika ibunya terbunuh. Meski nampak di permukaan bahwa ini hanya sekadar niat balas dendam atas kematian ibunya, tetapi hal tersebut sebenarnya merupakan bukti penghambaan Eren yang begitu kuat kepada Kebebasan. Niat untuk membasmi Titan ini justru sejalan dengan keinginan awalnya dimana ia ingin pergi berpetualang ke berbagai tempat di dunia yang tentu untuk dapat melakukan hal tersebut ia harus terbebas dulu dari teror mengerikan para Titan yang selalu mengancam dirinya.

Berjalannya cerita, ketaatan Eren kepada Kebebasan makin kuat dan dalam. Terutama setelah dirinya mengetahui kebenaran tentang asal-muasal para Titan dan kebenaran tentang negeri-negeri di luar yang ternyata memusuhi bangsanya. Kebenaran-kebenaran itu membuat dirinya makin tenggelam lebih dalam ketaatan kepada Kebebasan hingga puncaknya ia memilih untuk melakukan Rumbling terhadap seluruh umat manusia.

Kita dapat melihat bagaimana kepatuhan Eren kepada Kebebasan yang begitu mengakar kuat dalam dirinya. Hampir semua tindak-tanduknya baik itu yang dilakukan secara sadar atau tidak semua dilakukan demi menuruti peritah dari sang Majikan. Namun, apa benar ia seorang hamba dari Kebebasan yang benar-benar patuh?. Atau justru sebenarnya tidak demikian?

Dalam bukunya yang berjudul Escape From Freedom, Erich Fromm menjelaskan serba-serbi soal kebebasan dan bagaimana sebenarnya walau banyak orang yang ingin merasakan kebebasan tetapi pada faktanya justru lebih banyak lagi orang yang memilih untuk kabur atau lari dari kebebasan dan kebanyakannya hal tersebut tidak disadari oleh banyak orang.

Erich Fromm menjelaskan bahwa dasar dari kebebasan itu adalah tidak adanya keterikatan. Less connection=greater freedom. yang artinya semakin sedikit keterikatan kita akan sesuatu maka semakin besar kebebasan yang akan kita dapat. Namun, untuk menggapai kebebasan, tidak semua orang mampu untuk menahan resiko yang ditimbulkan oleh hilangnya keterikatan itu. Yaitu rasa terasing dan kesepian. Rasa terasing dan sepi ini seperti melawan “fitrah”manusia yang mungkin sering kita dengar ketika sekolah yaitu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang perlu berhubungan dengan orang lain. Resiko terasing dan kesepian inilah yang membuat orang-orang justru lebih banyak memilih untuk lari dari kebebasan daripada tetap merasa bebas.

ada tiga jenis cara menurut Fromm, tentang bagaimana orang-orang mencoba untuk melarikan diri dari kebebasan. Dari tiga cara tersebut, salah satu cara yang digunakan Eren untuk lari dari kebebasan adalah cara Destruktif. Manusia secara sadar ataupun tidak pasti akan selalu membandingkan dirinya pada sesuatu yang lebih baik. Ketampanan, kekayaan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Perbandingan tersebut memberi rasa ketidaknyamanan dan inferioritas pada hati manusia. Dalam cara Destruktif ini, untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan dan inferioritas itu, apabila manusia tersebut mempunyai kekuatan yang cukup maka ia akan menghilangkan semua hal yang membuatnya merasa inferior tersebut. seperti bagi orang yang jelek maka akan membasmi seluruh orang yang tampan, bagi yang miskin membasmi yang kaya, dan bagi yang bersedih akan membasmi yang berbahagia. Namun, apabila manusia tersebut tidak mempunyai kekuatan yang mumpuni, maka yang dibasmi adalah dirinya sendiri dengan cara menghina, merendahkan, dan dalam kasus ekstrim yaitu bunuh diri.

Cara destruktif inilah yang digunakan oleh Eren untuk bisa lepas dari majikannya. Cambuk- cambuk yang menimbulkan rasa kesepian itu tidak membuat dirinya lebih patuh kepada Kebebasan malah justru membuat ia melakukan pembangkangan.

Eren tidak mampu untuk melakukan perintah majikannya secara tuntas yaitu untuk melepas keterikatan demi kebebasan yang paripurna. ia memang mampu untuk melepas ikatan dengan negara, bangsa, dan pasukannya. Namun, ikatan dengan teman-temannya yang begitu kuat membuat Eren tidak mampu untuk menggapai kebebasan yang ia idam-idamkan . seperti yang dikatakan oleh Fromm, resiko dari kebebasan adalah rasa terasing dan kesepian. hal itulah yang membuat Eren tidak mampu untuk melepaskan ikatan antara dirinya dengan teman-temannya.

Kejadian Rumbling yang dilakukan oleh Eren juga merupakan bukti dari pembangkangan dirinya kepada Kebebasan. pengetahuan dia tentang negara-negara di luar pulau yang ternyata tidak terkungkung, saling terhubung, dan (terlihat) bebas, membuat Eren secara tidak sadar membandingkan kehidupan dirinya dengan hal tersebut. Lagi-lagi perbandingan tersebut menimbulkan rasa sepi dalam hatinya. Dengan dalih bahwa negara-negara di luar tersebut ternyata membenci dan ingin menghancurkan dirinya dan bangsanya , ia akhirnya memilih melakukan Rumbling demi “melindungi” dirinya juga teman-temannya. Tetapi, seperti yang telah dijelaskan oleh Fromm, hal tersebut tidak semata-mata karena hanya ingin melindungi, tetapi juga ada niat dalam bawah sadar Eren bahwa dengan menghancurkan orang orang yang tidak terkungkung, saling terhubung, dan “terlihat” bebas itu. Maka dirinya tidak akan lagi merasakan rasa sepi dan terasing yang timbul dari perbandingan dirinya dengan mereka.

Perspektif Fromm yang “unik” ini memberikan sudut pandang baru tentang bagaimana sebenarnya sikap Eren terhadap Kebebasan. dari sudut pandang orang awam, Eren terlihat seperti budak yang patuh dan taat dengan segala perintah sang Majikan. Namun dari perspektif Fromm, justru Eren adalah seorang budak pembangkang yang tidak tahan akan rasa sakit yang timbul akibat perlakuan sang Majikan.

--

--

Rafly Muhammad
Rafly Muhammad

Written by Rafly Muhammad

0 Followers

Orang Biasa di Pinggiran IKN

No responses yet